Senin, 25 Februari 2013

meningkatkan keterampilan berbahasa, pengaruh keterampilan seorang da’I terhadap kesuksesan profesinya, dan terakhir bedakwah dengan menulis,



Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari – hari sering dijumpai kenyataan bahwa tata cara memberikan sesuatu itu lebih penting dari pada sesuatu yang diberikan  itu sendiri. Begitupun dengan kenyataan bahwa dalam menyampaikan sesuatu lebih pokus kepada bagaimana kita menyampaikannya daripada apa yang akan kita sampaikan. Berkaitan dengan isi makalah kali ini saya akan mencoba memilih satu pilihan dari tiga opsi yang telah diberikan. Yaitu : Tentang meningkatkan keterampilan berbahasa, pengaruh keterampilan seorang da’I terhadap kesuksesan profesinya, dan terakhir bedakwah dengan menulis,
Tiga tema diatas menurut saya adalah sesuatu  yang kompleks yang tidak terlalu tepat untuk dipisahkan dalam pembahasanya karena keterkaitan bahasa dan kemampuan seseorang dalam menguasinya adalah tolak ukur dari kesuksesan dia dalam berkomunukasi. Artinya, kesuksesan seorang da’I dengan kepiawaiannya dalam berbahasa itu merupakan faktor penting keberhasilan profesinya dan begitupun kaitanya dengan   berdakwah melalui tulisan.










A.  Meningkatkan Keterampilan Bahasa
Keterampilan berbahasa tidak akan terlepas dari empat paktor yaitu : keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Terampil dalam empat hal tersebut akan menjadikan seseorang dapat berkomunikasi secara efektif.
a.      Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. (http://www.sarjanaku.com/2011/08/keterampilan-berbahasa.html)





Menyimak adalah keterampilan seseorang dalam berbahasa yang bersifat mudah menerima (reseptif). Ini berarti bukan hany sekedar mendengarkan bebunyian akan tetapi dapat pula memahaminya dengan baik. Seperti dalam bahasa kita pertama yaitu bahas Ibu kita dapat memaham segala hal dengan tanpa kita sadari hingga kita dapat berbicara seperti bahasa yang Ibu perdengarkan kepada kita. Berikut akan saya bahasa secara ingkat tentang deskripsi aspek – aspek terkait dalam upaya memahami apa yang disajikan dalam bahasa.

Ada dua jenis situasi dalam menyimak yaitu menyimak secara interaktif dan non interaktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam situasi tatap muka yang artinya kita bergantian dalam aktifitas penyimakan dan kita dapat meminta penjelasan ulang apa bila belum dapat dipahami dari penyimakan tersebut. Sedangkan menyimak secara non interaktif adalah penyimakan yang tidak melalui proses transfer informasi karean kita hanya mendengarkan tanpa bisa bertanya atau meminta menjelaskan ulang apa bila belum mendapatkan pemahaman.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu;[1]
  • Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short term memory).
  • Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.
  • Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
  • Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
  • Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns) Keterampilan Berbahasa

b.      Keterampilan Berbicara
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Keterampilan berbicara secara garis besr ada tiga jenis situasi yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi secara interaktif adalah adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara kita memperjelas pembicaraannya. Untuk situasi yang semiaktif, misalnya seseorang berpidato secara langsung dihadapan umum. Dalam situasi ini pendengar atau audiens memang secara tidak langsung tidak dapat melakukan intrupsi terhadap pembicaraan, akan tetapi pembicara dapat melihat dari reaksi para audiens dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka singkatnya bahasa nonverbal. Adalagi satu situasi yaitu noninteraktif contoh seperti berpidato melalui radio, televise (tanpa ada Tanya jawab via telepon).





Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat;[2]
  • Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.
  • Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
  • Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
  • Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
  • Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.
c.       Keterampilan Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. [1] (http://www.sarjanaku.com/2011/08/keterampilan-berbahasa.html)
Membaca sama halnya dengan mendengar atau menyimak yaitu suatu keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara terpisah atau tersndiri dari keterampilan mendengar dan berbicara
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah; [3]
  • Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
  • Mengenal kosakata.
  • Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan  gagasan utama.
  • Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari   konteks tertulis.
  • Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.
d.      Keterampilan Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Untuk ketrampilan yang satu ini adalah termasuk kepada ketrampilan yang produktif. Dengan menggunakan tulisan.  Keterampilan ini bisa dikatakan yang paling rumit diantara jenis keterampilan yang lainya. Itu dikarenakan menulis tidak hanya sekedar menyalin kata – kata dan kalimat melainkan kita juga harus mengembangkan dan menuangkan pikiran – pikiran dalam satu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis :[4]
  • Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.
  • Memilih kata yang tepat.
  • Menggunakan bentuk kata dengan benar.
  • Mengurutkan kata-kata dengan benar.
  • Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih sedemikia rupa meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan, pengetian keterampilan menulis seringkali menjadi sesuatu yang luar biasa sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang sesungguhnya. Hal ini banyak dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat.
Apakah benar, kemampuan menulis itu ditentukan oleh bakat? Jika ditelaah pengertian bakat, setidaknya secara sederhana anda dapat  mengatakan bahwa  bakat adalah kemampuan yang dimiliki dan dibawa seseorang sejak lahir. Padahal sebenarnya pengertian keterampilan menulis itu adalah keterampilan itu sendiri. Artinya, seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga terampil. Dengan demikian pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara itens, khusus dalam bidang menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara itens, maka seseorang dapat terampil menulis.

B.   Pengaruh Keterampilan Seorang Da’I Terhadap Kesuksesan Profesinya
Tugas seorang da’I adalah menyeru, mengajak, dan mengajarkan umat kepada yang sebenarnya atau yang benar tentu hal tersebut adalah menggunakan satu media yaitu bahasa. Menyeru mengunakan bahasa, mengajarkan, dan mengajak tidak akan terlaksana tanpa bahasa. Mungkin saya akan sedikit beropini tentang pembahasan ini tanpa mencantumkan refernsi secara langsung, namun saya hanya akan mencoba merangkaikannya dengan referensi pembahasan tema I (satu) dan III (tiga). Dan dalam opini ini sekiranya saya tidak akan terlalu panjang lebar dalam pemaparannya.
Seperti dalam pembahasan poin A diatas bahwasanya bahasa yang tidak kurang dari empat hal diatas merupakan modal vokal bagi para da’I untuk melancarkan misi dakwahnya. Sementara ini da’I hanya dibatasi oleh kemampuan berbahasa secara situasi interaktif dan semiaktif, Yang artinya masih memiliki sedikit ruang dalam mejalankan misinya. Sedangkan apabila seorang da’I berdakwah melalu dua hal yang lainya yaitu menulis dan menyimak maka tidak menutup kemunkinan pencapaian kesuksesanya akan lebih efisien.
Seorang da’I yang notabenenya mampu menuangkan segala pemikirannya dalam sebuah tulisan sudah barang tentu memiliki banyak kesempatan. Dan itu menetukan efektifitas kesuksesanya. Kenapa demikian?, karena kita dapat melihat dari latar belakang masyarakat sekarang yang sudah bukan rahasia umum lagi bahwa mereka ketertarikan para audinse kepada perkumpulan (pengajian dan sejenisnya) sudah semakin berkurang.
Oleh krena hal – hal tersebut dirasa perlu bagi para da’I untuk mengusai bahasa dengan sungguh – sungguh. Demi tercapainya tujuan atau misi dalam pencapaian target yang telah ditentukan.


C. Berdakwah Dengan Menulis
Menulis merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang dilakukan dari sisi lahiriyah yang hanya melibatkan anggota badan mata dan tangan, akan tetapi sangat susah untuk menghimpun dan menyampaikan sebuah ide secara lugas dan tuntas dengan didukung oleh opini yang rasional dan bukti-bukti yang faktual.
A.    Manfaat Menulis
 Banyak orang yang tidak memiliki kemauan untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena tidak mengerti manfaat perkerjaan itu. Ambil saja contoh sedekah. Banyak orang yang malas bersedekah, karena tidak faham hakekat sedekah, tidak mengerti manfaat sedekah bagi dirinya. Kalau dia bisa melihat akherat tentu akan berlomba-lomba sedekah. Rasulullah saw berwasiat tangan di atas lebh baik dari tangan di bawah. Begitu pula dengan dakwah, banyak orang yang malas berdakwah karena tidak faham manfaatnya. Padahal dengan dakwah inilah kita dapat menyelamatkan ribuan, jutaan, bahkan milyaran jiwa dari siksa api neraka. Sehingga Allah sendiri menilai dakwah sebagai pekerjaan yang paling mulia (QS 41: 33).
Begitu juga menulis, banyak orang tidak mau menulis karena tidak faham manfaat menulis. Padahal jelas dalam dunia dakwah, menulis itu bagian dari dakwah dan membaca itu termasuk kelompok orang yang didakwahi.
Kebanyakan dari kita maunya yang enteng-enteng terus, “membaca”. tidak mau mengangkat yang agak berat, “menulis”. Begitupun dengan dakwah jangan langsung mendadak mengatakan “wah” berat. perang butuh pasukan, dakwah di dunia nyata butuh pasukan, dakwah di dunia maya (internet misalnya) juga butuh pasukan tentu yang pandai menulis.


Menulis juga merupakan satu cara untuk mengajar dan mendidik orang lain. Dalam hal ini penulis tidak hanya sekedar menyampaikan berita saja untuk  diterima, tetapi juga menyampaikan analisa untuk dicerna orang lain.
Menulis juga merupakan salah sau cara untuk mempengaruhi opini orang lain. Baik dalam bentuk media cetak (buku, majalah, surat kabar) maupun elektronik (software, CD, internet dll), menulis sama-sama memiliki kakuatan yang dahsyat untuk mengubah pola pikir orang yang membacanya. Penjelasan dalam bentuk tulisan juga dapat menjadi sihir yang dapat membelokkan pikiran orang lain. Lihatlah kekuatan sihir Al Qur’an yang telah berhasil membelokkan manusia dari jalan sesat menuju jalan yang benar.
Demikian dahsyatnya kemampuan tulisan untuk mempengaruhi orang lain, maka sebaiknya kita suka menulis untuk mempengaruhi banyak orang agar berakhlak karimah. Untuk para da’i jangan hanya bicara, tetapi juga menulis-lah. Kata-kata hanya mempengaruhi sebagian orang yang mendengar, namun tulisan dapat mempengaruhi jutaan orang yang membacanya dari generasi ke generasi.

B. kelebihan menulis
Ada tiga tipologi dakwah. Pertama, dakwah dengan lisan. Kedua, dakwah dengan perbuatan/tindakan atau kekuasaan atau harta yang dimiliki. Ketiga, dakwah dengan niat baik atau hati. Yang paling mudah adalah dakwah dengan hati. Yang paling sulit dilakukan adalah dakwah dengan perbuatan. Namun dakwah yang paling mudah dilakukan, namun sekaligus sulit dilakukan yakni dakwah dengan lisan, termasuk dalam kategori ini adalah dakwah dengan tulisan atau melalui media massa.

Para juru dakwah dituntut untuk mampu menyebarkan informasi seluas – luasnya kepada masarakat umum. Serta dapat memanfaatkan hasil sains, teknologi dan informasi modern agar tercapainya tujuan dakwah Cara ini dsebut oleh masyarakat dakwah terang – terangan. Pada tahap ini dakwah  menggunakan media cetak, seperti surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya dakwah dengan cara ini sedikit memiliki kelebihan dari yang lainnya, diantara kelebihan dakwah bil – Alqalam adalah sebagi berikut :[5]
1.      Lebih dalam pengaruhnya dari gelombang suara lisan  ahli pidato. Pidato lisan seorang orator dapat memikat jutaan massa rakyat dalam sesaat. Tetapi bisa kembali tiada membekas dan menyerap dalam hati. Itulah sebabnya orator mengulang kembali terus menerus keyakinan dan pandangan yang dipropagandakan kepada masyarakat ramai.
2.      Tulisan atau sari pena seorang pengarang cukup berbicara satu kali dan akan melekat terus menerus dalam hati serta bisa menjadi buah tutur setipa hari.
3.      Bahasa tulisan lewat media cetak lebih rapi dan teratur dari pada bahasa lisan karena menulis adalah berfikir dengan teratur.
4.      Pembaca bisa mengulang – ngulang hingga meresapi.
5.      Terekam. Nasihat – nasihat yang disiarkan media massa cetak tersusun dalam alinea. Kalimat dan kata – kata yang terdiri atas huruf – huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap pesan – pesan yang diberitakan “terekam” sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan dapat pula dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu. Tdak seperti informasi yang disiarkan oleh TV dan radio. Peristiwa – peristiwa atau hal – hal yang diberitakan oleh TV dan radio, begitu dilihat atau didengar, langsung hilang dari penglihatan dan pandangan khalayak; tidak bisa dijadikan dokumentasi dan tidak bsa dipergunakan sebagai bukti untuk keperluan tertentu.
6.      Dapat dproduksi. Diproduksi dalam arti dapat digunakan kembali sehingga memudahkan mereka yang tidak berlangganan untuk memperolehnya. Hanya kelemahannya terletak pada segi kecepatan menyampaikan informasi.
Referensi
ü  Kasman Yusuf, Jurnalisme Universal,Teraju, Jakarta, 2004







[1] http://www.sarjanaku.com/2011/08/keterampilan-berbahasa.html

[2] http://www.sarjanaku.com/2011/08/keterampilan-berbahasa.html

[3] [3] http://www.sarjanaku.com/2011/08/keterampilan-berbahasa.html
[4] [4] http://www.sarjanaku.com/2011/08/keterampilan-berbahasa.html
[5] Jurnalisme Universal, Kasman Suf, hlm. 127-129, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar