Senin, 04 Maret 2013

tugas analisis kasus anas urbaningrum (komunikasi politik)



Nama : Ahmad Nasir
Tugas : Analisis Politik; Anas Urbaningrum

Saat ini posisi politik Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, semakin terpojok. Terutama setelah Angelina Sondakh ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Beberapa waktu lalu, Angie (demikiaan sapaan Angelina Sondakh) berziarah ke makam suaminya, Ajie Masaid. Entahlah, apa tujuan Angie datang kesana?
Mungkin, ini semacam acara “meminta empati publik” seperti yang dilakukan Afriyani Susanti beberapa waktu lalu, saat dia hujan tangis, memohon maaf karena sudah “menghabisi” 9 nyawa manusia.
Dalam situasi seperti ini, banyak orang berandai-andai soal nasib Bung Anas Urbaningrum. Ada yang berteori: “Anas tetap kokoh. Dia didukung oleh Pak SBY, plus tentunya dukungan Ibu Ani Yudhoyono. Posisi Anas tetap kuat. Dia akan aman melenggang sebagai Ketua Umum PD sampai tahun 2015 nanti.” Tetapi ada juga yang berteori: “Wah, posisi Anas sangat riskan. Dia tak akan bertahan lama.” Kenapa bisa begitu, Bung? “Ya, karena citra Partai Demokrat semakin ringsek. Kalau Anas tidak segera dilengserkan, Partai Demokrat bakal tamat.” Atau mungkin ada yang berteori: “Anas, bisa kuat, bisa lemah. Tergantung situasi dan kondisinya.”
Kalau saya percaya, bahwa Anas akan terguling. Dia akan terjungkal, ini adalah keyakinan saya pribadi. Yang Bisa benar dan bisa tidak.
Hal ini bukan soal analisis kasus Wisma Atlet, kasus Munas Demokrat di Padalarang, atau kasus Hambalang. Bukan juga masalah hitung-hitungan politik seperti yang kerap ditunjukkan oleh Burhanuddin Muhtadi atau Eep Saefullah Fatah. Karena terus terang saya pribadi kurang begitu mengerti akan arti politik yang sebanarnya, Bukan juga karena hitung-hitungan logika hukum versi KPK, atau versi KOMPAS,. Bukan pula karena hitung-hitungan survei yang macam-macam. Bukan semua itu.
Mari kita buka lembaran-lembaran sejarah lagi. Dalam Pemilu 2004, kita harus ingat Bung Anas Urbaningrum masuk dalam jajaran anggota KPU. Ketika itu KPU dilanda kemelut hebat. Beberapa pejabat KPU didakwa melakukan perbuatan korupsi (melawan hukum). Akibatnya, sebagian dari mereka mendapat sanksi hukuman, seperti Prof. Dr. Nazaruddin Syamsuddin, Prof. Dr. Mulyana W. Kusumah, dan lainnya. Pejabat-pejabat itu harus dihukum, dan kini sudah bebas dari hukuman.
Sebenarnya, Anas ketika itu tersangkut masalah-masalah di KPU. Namun dia cepat-cepat berlindung di balik punggung Pak SBY dan Partai Demokrat. Di tangan PD, posisi Anas aman, nyaman, terkendali, dan berkemajuan. Pendek kata, ketika kawan-kawan Anas sudah dijebloskan ke penjara, Anas sendiri selamat, sehat, sentausa, bernaung di bawah perlindungan politik Partai Demokrat.
Tentu saja, sikap Anas ini amat sangat menyakitkan bagi kawan-kawannya di KPU. Anas dianggap mau selamat sendiri, mencari aman, dan tidak solider dengan nasib kawan. Ketika geger KPU versi 2004 itu mencuat, salah satu delik yang dituduhkan ke Anas ialah: menerima gratifikasi (suap). Anas benar-benar menerima uang itu, meskipun bukan dia sendiri yang memakainya. Ketika ditanya, bagaimana status uang tersebut? Anas mengaku, kurang lebih: “Uang itu tidak haram, tapi juga tidak halal. Jadi statusnya syubhat.” !! Kalau tahu uang syubhat, seharusnya dijauhi.Tapi kenapa ini malah dibagi-bagikan ke para kawan dan kolega.
Setelah masuk Demokrat, Anas bukan saja terlindungi, tetapi semakin mencorong pamornya. Karier politik Anas melesat jauh tinggi. Dalam  konteks sejarah Anas di masa lalu; sikapnya yang mencari selamat, tidak solider kepada kawan, dan juga kenyataan bahwa kawan-kawannya sudah dijebloskan ke penjara; tampaknya Anas akan mengikuti langkah itu.
Secara logika politik manusia bisa ngomong apa saja, selicin komentar-komentar Burhanuddin Muhtadi, sang pakar “politico mathematic” (mengkaji politik dengan pola pikir Matematik,) yang saya pernah liat pada acara di TV ONE. Tetapi dalam rentangan sejarah dan hukum keadilan; Anas tidak akan bisa lari. Para Malaikat sudah menandai punggung dan dahinya. Hanya tinggal menanti momen yang tepat.
Bung Anas pasti terjungkal… Sebagai sunnah berlakunya hukum keadilan dalam kehidupan. Bukan hanya Bung Anas, tetapi juga “Bos Besar” dan “Ketua Besar”
Mungkin hanya itu analisis yang bisa sampaikan, sebatas pengetahuan dan kemampuan saya dalam bidang ini. Karena setahu saya dalam penganalisaan data diperlukan beberapa teory yang mendukung misalnya dengan berbagai pendekatan ataupun dengan teori matematika dan pendekatan Fungsionalisasi Theory. Namaun setelah data terkumpul tetap saja saya merasa bingung untuk menuangkanya. Wallahualam.

KOMUNIKASI POLITIK TUGAS SMSTER VI



KOMUNIKATOR KOMUNIKASI POLITIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Tertruktur
Mata Kuliah         : Komuikasi Politik (Opini Publik)





Di Susun Oleh :
Ahmad Nasir
Ahmad Darul
Muhammad Ahdali


 KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2013




PENDAHULUAN
Pembahasan tentang komunikasi politik memang telah menjadi hal yang lazim karena setiap apa yang terjadi dalam kehidupan tak pernah terlepas dan selalu berhubungan dengan politik. Kenyataan yang demikian tentunya menimbulkan berbagai  macam respon ataupun tanggapan yang semuanya harus disampaikan melalui sebuah komunikasi. Berbicara masalah pengertian komunikasi politik, tentunya perlu diketahui pengartian masing-masingnya. Komunikasi merupakan hubungan secara langsung atau tidak langsung, secara tertulis atau tidak tertulis seorang pemberi pesan kepada oranglain sebagai penerima pesan yang berisi informasi melalui media tertentu. MenurutLasswell komunikasi politik mencakup : pesan politik, persuasi atau ajakan politik, mediapolitik, khalayak politik adn dampak politik. Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Definisi ini menggunakan pendekatan kekuasaan dan kelembagaan (baca: pandangan politik).
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan sebagainya. Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini merupakancontoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR Sedangkan politik adalah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama.
Aristoteles (dalam The Politics,1972) berpendapat bahwa urusan-urusan yang menyangkut kebaikan bersama memiliki moral yang lebih tinggi dari pada urusan-urusan yang menyangkut kepentingan swasta(kelompok masyarakat). Manusia merupakan makluk politik dan sudah menjadi hakekatmanusia untuk hidup dalam polis (negara kota). Kebaikan bersama adalah kepentinganpemerintah, karena lembaga pemerintah dibentuk untuk menyelenggarakan kebaikanbersama. Namun secara universal politik adalah hal-hal yang menyangkut interaksipemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusanyang mengikat tentang kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatuwilayah tertentu. Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi politikmerupakan hubungan vertikal maupun horizontal antara pemerintah dengan rakyat,rakyat dengan pemerintah, pemerintahan dengan pemrintah yang berbicara atauberkomunikasi tentang politik melalui media tertentu. Dalam komunikasi politik tentunyabanyaka hal yang perlu dibahas dan diketahui, salah satuya adalah komunikator politik.











BAB I
ISI
A.   Komunikator Politik
Komunikator Politik merupakan orang (pemerintah) yang menyampaikan pesan politik kepada penerima pesan (rakyat). Artinya seorang komunikator politik haruslah orang yang mengetahui seluk - beluk politik dan mngerti akan perkembangan politik agar pesan yang disampaikannya memberi pengaruh yang baik kepada rakyat. Dalam arti lain elit politik dalam berkomunikasi harus kompeten dibidangnya. Orang yang kompeten dalam komunikator politik trsebut oleh Dan Nimmo (1989) Diklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut: 1. politikus; 2. professional; dan 3. aktivis.
a.      Politikus
Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, (presiden, menteri, gubernur, dsb). legislatif, ( ketua MPR, ketua DPR/DPD, anggota DPR/DPD dsb) atau yudukatif. (MA, MK, Jaksa Agung dsb)(dalamNimmo, 1989). Membedakan politikus ke dalam dua hal yang berbeda berkenaan dengan sumber kejuangan kepentingan politikus pada proses politik. Yaitu: politikus ideolog (negarawan); serta politikus partisan.
1.       Politikus ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak begitu terpusat perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan atau kelompoknya. Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung perubahan revolusioner-jika hal ini mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa dan negara.


2.        Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya.

b.      Profesional
Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa; dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik media massa maupun media khusus, mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus. Di sini masuklah komunikator profesional ”yang mengendalikan keterampilan yang khas dalam mengolah simbol-simbol dan yang memanfaatkan keterampilan ini untuk menempa mata rantai yang menghubungkan orang-orang yang jelas perbedaannya atau kelompo-kelompok yang dibedakan”. James Carey (dalam Nimmo, 1989) mengatakan bahwa komunikator profesional adalah makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain yang berbeda tetapi menarik dan dapat dimengerti. Komunikator profesional beroperasi (menjalankan kegiatannya) di bawah desakan atau tuntutan yang di satu pihak, dibebabankan oleh khalayak (akhir) dan, di lain pihak , oleh sumber asal. Seperti politikus yang dapat dibedakan politikus ideolog dan partisan, profesional mencakup para jurnalis pada satu sisi, dan para promotor pada sisi lain.
1.      Jurnalis sebagai siapun yang berkaitan dengan media berita dalam pengumpulan, persiapan, penyajian, dan penyerahan laporan mengenai peristiwa-peristiwa. Ini meliputi reporter yang bekerja pada koran, majalah, radio, televisi, atau media lain; koordinator berita televisi; penerbit; pengarah berita; eksekutif stasiun atau jaringan televisi dan radio; dan sebagainya. Sebagai komunikator profesional, jurnalis secara khas adalah karyawan Organisasi berita yang menghubungkan sumber berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para politikus untuk berbicara satu sama lain, menghubungkan politikus dengan publik umum, menghubungkan publik umum dengan para pemimpin, dan membantu menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik.
2.      Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu. Yang termasuk ke dalam promotor adalah agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personel hubungan masyarakat pada organisasi swasta atau pemerintah, pejabat informasi publik pada jawatan pemerintah, skretaris pers kepresidenan, personel periklanan perusahaan, manajer kampanye dan pengarah publisitas kandidat politik, spesialis teknis (kameraman, produser dan sutradara film, pelatih pidato, dsb.) yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan tokoh masyarakat lainnya, dan semua jenis makelar simbol yang serupa.

e.       Aktivis
Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal.
 Pertama, terdapat juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik dalam politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi. dalam hal lain juru bicara ini sama dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi.
Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal. Sebuah badan  penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak warga negara yang dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis, meminta petunjuk dari orang-orang yang dihormati mereka. Apakah untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya atau memperkuat putusan yang telah dibuatnya.


Orang yang dimintai petunjuk dan informasinya itu adalah pemuka pendapat. Mereka tampil dalam dua bidang:
a.       Mereka sangat mempengaruhi keputusan orang lain; artinya, seperti politikus ideologis dan promotor profesional, mereka meyakinkan orang lain kepada cara berpikir mereka.
b.      Mereka meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum. Dalam arus komunikasi dua tahap gagasan sering mengalir dari media massa kepada pemuka pendapat dan dari mereka kepada bagian penduduk yang kurang aktif .
B. Komunikator Politik dan Kepemimpinan Politik
Komunikator Politik dan Kepemimpinan Politik Nimmo menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu hubungan di antara orang-orang di dalam suatu kelompok yang di dalamnya ada satu atau lebih orang (pemimpin) mempengaruhi yang lain (pengikut) di dalam setting tertentu. Lebih lanjut, Ilmuwan politik merangkumkan kecenderungan yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin di dalam kelompok. Pemimpin memperoleh kepuasan yang beragam karena menjadi anggota kelompok; lebih kuat dalam memegang nilai-nilai mereka; memiliki kepercayaan yang lebih besar tentang kelompok itu dan hubungannya dengan kelompok lain, pemerintah, masalah politik, dan sebagainya; kurang kemungkinannya untuk berubah kepercayaan, nilai, dan pengharapannya karena tekanan yang diberikan kepadanya; lebih mungkin membuat keputusan mengenai kelompok berdasarkan kepercayaan, nilai dan pengharapan sebelumnya; dan lebih berorientasi kepada masalah, terutama mengenaimasalah yang menyangkut perolehan material, alih-alih kepuasan yang kurang nyata ataupertanyaan yang penuh emosi.
Lebih dari itu, yang dilakukan pemimpin adalah melakukan kegiatan yang  berorientasi tugas, yaitu menetapkan dan bekerja untuk mencapai prestasi atau tujuan kelompok, mengorganisasi agar pekerjaan dapat diselesaikan; juga melakukan kegiatan yang berorientasi orang, sosial, atau emosi seperti perhatian terhadap keinginan dan kebutuhan pengikut, penciptaan hubungan pribadi yang hangat, pengembangan rasa saling percaya, pengusahaan kerja sama, dan pencapaian solidaritas sosial.
Jika dihubungakn antara pemimpin dengan komunikator politik maka bagi komunikator politik, untuk menjadi pemimpin politik ia harus berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang terhadap pemimpin; pengikut mengaitkan kepemimpinan dengan orang yang sesuai dengan pengertian mereka tentang apa pemimpin itu. Beberapa komunikator merupakan pemimpin karena posisi yang diduduki mereka di dalam struktursosial atau kelompok terorganisasi yang ditetapkan dengan jelas.
Komunikator politik yang merupakan pemimpin karena arti yang ditemukan orang dalam dirinya sebagai manusia, kepribadian, tokoh yang ternama, dan sebagainya. kita beri nama pemimpin simbolik. Jelas bahwa sebagian besar politikus, komunikator profesional, dan aktivis politik adalah pemimpin organisasi. pejabat terpilih, atau karier mempunyai posisi formal kepemimpinan di dalam jaringan komunikasi yang terorganisasi yang membentuk pemerintah. Komunikator profesional sering merupakan karyawan organisasi-wartawan yang bekerja pada organisasi media massa, dan promotor sebagai anggota organisasi mempublikasikan kepentingan perusahaan, jawatan pemerintah, kandidat atau partaipolitik. Jurubicara sebagai komunikator aktivis adalah pembela organisasi. Dari komunikator politik utama yang dilukiskan lebih dulu, hanya pemuka pendapat yang bekerja melalui keakraban yang disediakan oleh jaringan komunikasi interpersonal berada terutama di luar struktur organisasi yang diformalkan.

BAB II
Kesimpulan
Komunikator Politik adalah orang atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan poltik yang biasanya berkaitan dengan kekuasaan pemerintah, kebijakan pemerintah, aturan pemerintah, kewenangan pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi khalayak baik itu verbal atau non verbal. Komunikator dalam proses komunikasi politik dapat diposisikan oleh beragam pihak. Parlemen, partai politik, kelompok kepentingan, warganegara, presiden, menteri, pengamat politik, dan lain sebagainya. Mereka menjadi komunikator jika menjadi partisipan yang menyampaikan pesan-pesan politik, dan berubah menjadi komunikan jika mereka berposisi sebagai penerima.
DAFTAR PUSTAKA
·         Nimmo, Dan, Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2006.
·         Nasution, 1990, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Jakarta: Yudhistira.
·         www.fisipui.com. Sutrisno Santoso. Macam-macam komunikator politikk.google.com.
·         http://wardanirian.blogspot.com/komunikator-politik.html/27-02-13/19.00.